Kepulauan Banda, merupakan gugusan pulau-pulau kecil yang terletak sekitar 132 kilometer di bagian tenggara pulau Ambon provinsi Maluku. Kepulauan Banda juga menyimpan banyak informasi sejarah, keanekaragaman budaya, sekaligus menawarkan panorama alam yang maha indah. Kepulauan Banda tak hanya tersohor di Indonesia tapi menggaung hingga ke Eropa. Potensi rempah-rempah berkualitas yang berlimpah-ruah seperti pala, lada, fuli dan cengkeh menjadi daya tarik utama dalam bidang perdagangan bangsa Eropa dan Arab berabad-abad lalu. 
Tak heran, bila rekam jejak Kepulauan Banda diabadikan dalam buku Suma Oriental que trata do Mar Roxo ate aos Chins karya Tome Pires seorang apoteker Portugis yang mengunjungi Kepulauan Banda antara tahun 1512-1515. Hingga kini, Kepulauan Banda selalu menjadi tujuan perdagangan dan tempat wisata oleh wisatawan lokal maupun wisatawan manca negara.
Kepulauan Banda terdiri dari beberapa pulau, seperti Banda Neira sebagai pusat administrasi, pulau Gunung Api, pulau Banda Besar, pulau Keraka atau Kepiting, Sjahrir Island, Hatta Island, dan Pulau Ai. Masing-masing pulau ini menyajikan menu wisata yang unik dan menarik, mulai dari pendakian puncak gunung api, kunjungan tempat-tempat bersejarah, hingga menikmati taman laut yang menawan. Untuk mencapai Kepulauan Banda, tersedia pilihan transportasi udara dan laut.
Wisatawan dari Jakarta, Bali, dan wilayah lain di Indonesia dapat menggunakan pesawat Lion Air, Batavia Air, Sriwijaya Air dan Merpati tujuan Ambon dengan lama penerbangan 3 jam, setelah itu dapat menggunakan penerbangan dalam provinsi dengan Buana Air, Trigana Air dan Merpati Foker tujuan Ambon-Banda Neira. Rata-rata harga tiket pesawat tujuan penerbangan Jakarta-Ambon berkisar antara Rp 600.000 hingga Rp 3.000.000 perorang, sedangkan harga penerbangan dalam provinsi jauh lebih murah di kisaran harga Rp 120.000 perorang. 
Sementara transportasi laut yang tersedia hanyalah kapal PELNI KM Bukit Siguntang, KM Dobonsolo, KM Ciremai dan KM Lambelu yang melayani rute pelayaran Jakarta, Surabaya, Makassar, Bau-Bau, Ambon dan Banda Neira selama 4 hari waktu pelayaran. Kisaran harga tiket cukup variatif karena disesuaikan dengan pemesanan kamar di masing-masing kelas, mulai dari harga Rp 600.000 hingga Rp. 2.000.000 perorang yang include 3 kali makan sehari.
Banyak penginapan dengan harga terjangkau sudah tersedia di Banda Neira, bahkan penginapan dengan penawaran kelas wahid seperti Hotel Maulana pun disediakan untuk kenyamanan berwisata anda. Variasi harga hotel permalam sekitar Rp 150.000 - Rp 600.000. Dari hotel atau penginapan di Banda Neira, kita lebih mudah berkunjung ke setiap objek wisata karena transportasi yang tersedia cukup banyak. Objek wisata di pulau Banda Neira sendiri di antaranya rumah pengasingan Bung Hatta, Syahrir St, F. Iwakusuma Sumantri, dan Dr. Cipto Mangunkusumo yang dinyatakan Belanda sebagai tawanan politik di masa itu.
Arsitektur rumah pengasingan ini sangat khas dengan rumah kuno zaman penjajahan Belanda, berornamen kayu-kayu pahat dan lampu hias yang sudah terlihat usang. Terdapat pula ranjang, almari kayu, kacamata, buku, pena, kopiah, piyama dan Jas milik Hatta. Di rumah pengasingan ini, pengunjung dibolehkan memotret namun harus seijin pengelola. Kunjungan ke Rumah Pengasingan ini pun tidak dipungut biaya, namun pengelola menyediakan kotak amal bagi pengunjung yang mau bersedekah untuk perawatan bangunan.

 Rumah Pengasingan Bung Hatta (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sekitar 100 meter tak jauh dari Rumah Pengasingan, kita sudah bisa berkunjung ke Benteng Belgica peninggalan koloni Belanda saat menduduki Kepulauan Banda pada tahun 1619 yang dipimpin Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen. Arsitektur benteng Belgica berbentuk persegi lima dengan beberapa tempat penting seperti ruang belajar, ruang pembantaian, dua terowongan pelarian diri dengan panjang mencapai 100 meter.
Ada juga peninggalan perang seperti meriam dan rantai borgol tawanan. Namun yang lebih khas adalah menikmati keunikan corak bangunan dan warna bangunannya yang sudah tua itu. Dari Benteng Belgica, kita dapat melihat seantero pulau Banda Neira dengan tolak pandang sangat memuaskan.

Tampak bagian dalam Benteng Belgika (Sumber: Dokumentasi Pribadi)


Kunjungan bisa dilanjutkan ke Taman Mini yang berhadapan dengan Benteng Belgica. Di sana terdapat patung Raja Willem III, patung para jenderal koloni Belanda, berjejer pohon-pohon tua dengan batang berdiameter 1,5-3,8 meter, dan banyak bangunan peninggalan Belanda. Taman Mini ini, bisa disebut juga sebagai kota tua seperti di Jakarta.
Sepulang dari Taman Mini, kita bisa berkunjung ke kampung Pecinan untuk membeli oleh-oleh khas Banda Neira seperti manisan buah pala basah dan kering, halua kenari, dan ikan tongkol asin. Riwayat kampung Pecinan sejak kependudukan koloni Belanda sudah dikenal sebagai pusat perdagangan. Kita juga bisa menikmati kentalnya nuansa etis Tionghoa di kampung Pecinan ini.
Setelah puas berkeliling, petualangan wisata bisa diteruskan ke pulau Gunung Api yang berhadap-hadapan dengan Banda Neira. Kita bisa menggunakan speedboat dari dermaga Laguna dengan kisaran harga Rp 10.000- Rp 15.000. jika ingin hemat, kita bisa menggunakan perahu ketinting khas Banda dengan kisaran harga Rp 5.000- Rp 10.000 perorang dengan waktu tempuh 10 menit saja untuk mencapai bibir pantai pulau Gunung Api. Di pulau ini, wisata paling menyenangkan yaitu memasuki kawasan taman wisata alam Gunung Api Banda dengan pendakian puncak gunung selama satu setengah jam.
Gunung Api ini ibarat monument alam yang Tuhan hadiahkan bagi masyarakat Banda. Ia memancang kekar di tengah lautan dengan lereng-lereng yang menggambarkan status vulkaniknya. Gunung ini ibarat saksi sejarah masyarakat Banda sejak dahulu kala yang menyimpan banyak rahasia, berjuta cerita, dan seabrek legenda. Pendakian ke puncaknya tak hanya menumbuhkan kebanggaan pribadi tapi juga semakin memancangkan rasa cinta tanah air. Ketinggian Gunung Api ini pada awalnya mencapai 800 mdpl, namun pada 9 Mei 1988 gunung ini kembali memuntahkan laharnya. Sejak itu, para ahli vulkanologi mencatat angka baru untuk ketinggian gunung ini yang merosot menjadi 666 mdpl.

 
Untuk mendapat panorama alam seperti sunrise dan sunset, pendakian bisa dilakukan dua jam sebelumnya. Sebelum pendakian, dianjurkan melapor ke petugas seksi konservasi Gunung Api Banda agar pendakian kita bisa dikontrol. Selama pendakian, kita melewati 4 pos utama sebelum menembus puncak dengan sudut kemiringan 30-45 derajat. Jalur yang dilalui saat pendakian cukup terbuka dan tidak terhalang semak belukar. Satu-satunya rintangan adalah sisa-sia batuan vulkanik yang mengeras namun mudah terlepas saat diinjak sehingga membuat pijakan menjadi kurang stabil.
Selebihnya, kita tinggal mengatur napas dan berjalan dengan konstan. Bahkan, jalur pendakian yang cukup terbuka itu juga menyajikan makanan alam seperti jambu merah yang bisa dipetik langsung. Setelah berada di puncak, dari sudut 360 derajat di atas ketinggian puncak 666 mdpl, Gunung Api menyajikan panorama yang spektakuler. Seluruh Kepulauan Banda terlihat menghampar, mulai dari Banda Neira yang tepat di bawah kaki gunung, pulau Banda Besar, Pulau Karaka dan pulau lainnya serta hamparan laut yang menampakkan tinta birunya.
Beberapa pulau di Kepulauan Banda juga terkenal sebagai lokasi penyelaman (scuba diving) dengan visibility terbaik di Indonesia. Kontur bawa laut yang bervariasi berupa dinding, goa-goa kecil serta overhang ini, sangat menarik untuk diabadikan. Kepulauan Banda juga menawarkan aneka taman laut seperti terumbu karang yang sangat terjaga kelestariannya. Bahkan menurut penelitian UNESCO, pertumbuhan terumbu karang tercepat di dunia untuk mencapai usia dewasa dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun hanya ada di pulau Banda besar. Pulau ini mempunya area clear visibilitymencapai kedalaman 40 meter, sehingga pemandangan bawah lautnya terlihat jelas dan memesona.
Beberapa pulau yang juga menyediakan taman bawah laut di antaranya pulau Banda Neira, pulau Ai, pulau Hatta, pulau Sjahrir, dan pulau Karaka. Kejernihan air di pulau-pulau ini tak perlu diragukan lagi. Bahkan saking beningnya, air laut yang bening seolah terlihat memantulkan refleksi violet dan magenta biru dari langit, juga nampak bagaikan kaca yang terhampar di lautan. Terumbu karangnya terlihat jelas dari permukaan laut. Di antara pulau Banda Neira dan pulau Gunung Api terdapat tempat menyelam yang disebut Sonegat. Tempat ini menjadi sarang ikan blue girdled dan emperor angelfish yang cantik, juga pemandangan terumbu karang yang berwarna-warni.
Sementara di pulau Karaka atau pulau kepiting, kita bisa menikmati hamparan pantai pasir putih yang indah dan cocok untuk berpiknik. Di sebelah selatan pantai, terdapat beberapa mini-wall setinggi 18 meter yang ditutupi ratusan large blue dan  yellow tunicates. Sedangkan di arah timur pantai, kita bisa melihat hingga kedalaman 10 meter dengan aneka pemandangan ikan-ikan batu karang dan sekelompok barracuda sepanjang 50 sentimeter.
Jika beralih ke pulau Sjahrir, alam akan menyuguhkan kita hamparan pantai pasir putih yang luas serta air laut sebening kaca, sehingga sangat mudah kita melihat dan menikmati terumbukarang dan aneka biota laut yang ada. Waktu terbaik untuk melakukan penyelaman di pulau ini biasanya di waktu pagi dan sore hari. Untuk area snorkeling terbaik, kita bisa berkunjung ke pulau Ai dan menikmati keindahan surga lautnya yang sudah disediakan alam. 
Berwisata ke Kepulauan Banda tidak perlu merogoh kocek dalam-dalam sebab dengan Rp 5.000.000 saja, anda sudah bisa mengikuti 10 hari tour keliling Kepulauan Banda dengan seabrek objek wisata yang tersedia. Waktu yang tepat untuk mengunjungi Banda yaitu antara bulan April-November. Kondisi cuaca pada bulan-bulan itu cenderung stabil. Dianjurkan untuk tidak berwisata antara bulan Desember-Maret karena kondisi angin barat yang menyebabkan gelombang laut dan cuaca yang tidak stabil.
Sebagai pelengkap kunjungan wisata di Kepulauan Banda, kita dapat menyimak dan ikut nimbrung dalam beberapa perhelatan budaya setempat seperti prosesi cuci sumur pusaka yang dilakukan 8 tahun sekali. Biasanya prosesi cuci sumur dilakukan dengan tradisi lempar becek dan iringan pawai perahu Kora-kora (Coracora boat) sepanjang 29 meter dengan tinggi 80 sentimeter berkapasitas muatan 45 orang yang mengitari teluk Banda. Pawai perahu Kora-kora juga dilakukan hampir di setiap peringatan hari besar nasional.