Salah satu prosedur penting dari rangkaian perwujudan cita-cita adalah melewati etape kegagalan. Hanya saja, kerap kali kegagalan dieskalasi menjadi ketakutan berjangka panjang, yang pada gilirannya malah mendistraksi diri kita; mulai tak berani mencoba lagi, takut mengambil risiko, hingga kecemasan yang berlebihan.

Kegagalan itu menjadi lama dan larut dalam hidup kita, lantaran kita kurang tepat mempersepsikan, sekaligus keliru menghayatinya. Kalaulah kita mau merekonstruksi cara pandang kita tentang kegagalan itu sendiri, maka kegagalan itu akan kembali pada fitrahnya, yaitu fase yang menghiasi atau memperindah setiap puzzle kehidupan kita. Dalam kalimat yang beda, bisa kita sebut: kegagalan yang artistik.

Sampai di sini, seluruh bauran persepsi kita tentang kegagalan, itu bukan lagi sebuah bencana atau penghambat, melainkan suatu nilai keindahan hidup. Coba pikirkan, bahwa untuk mencapai sebuah kegagalan saja, kita butuh banyak energi. Pikiran, tenaga, dan emosi kerap kali mengalami benturan hebat yang memungkinkan kita kehilangan daya juang, lalu akhirnya roboh.

Tak hanya kesuksenlah yang membutuhkan banyak energi, tapi kegagalan pun memerlukan formula yang kurang lebih, sama. Jadi, apabila kita mengalami kegagalan, maka itu patut disyukuri untuk bangkit lagi dan lagi, bukan diratapi begitu lama.

Kalkulasi yang tepat ketika gagal, akan menjaga peluang kita untuk terus berada dalam sirkuit kesuksesan, bahkan mendatangkan sejumlah keuntungan:

Pertama, memperkuat  daya juang. Kita yang sering kali gagal, secara alamiah akan memiliki daya tahan lebih ketika mengalami kegagalan berikutnya, baik pikir, fisik, maupun psikis. Mengapa? Sebab sudah kodratinya manusia memiliki survival instinct. 

Kedua, meningkatkan daya analitik atas sabab-musabab kegagalan. Hasilnya, kita dimungkinkan mampu bergerak lebih efisien dan dinamis karena telah memiliki bekal instrospeksi yang cukup dari kegagalan sebelumnya.

Ketiga, momentum pelipatgandaan quota kesabaran sekaligus kesadaran penerimaan, bahwa setiap kegagalan mesti disikapi dengan lapang dada dan penuh prasangka baik.

Terakhir, saya punya sedikit saran sederhana saja dari bahasan ini: buatlah setiap kegagalan kita adalah bagian dari pola hidup yang artistik, bukan yang tragedik.
#shulhanologi #shulhanrumaru